- Perang Vietnam, atau disebut juga dengan Perang Indochina Kedua, adalah sebuah perang yang terjadi antara 1957 dan 1975 di Vietnam. Perang ini merupakan bagian dari Perang Dingin. Dua kubu yang saling berperang adalah Republik Vietnam (Vietnam Selatan) dan Republik Demokratik Vietnam (Vietnam Utara). Amerika Serikat, Korea Selatan, Thailand, Australia, Selandia Baru dan Filipina bersekutu dengan Vietnam Selatan, sedangkan Uni Soviet dan Tiongkok mendukung Vietnam Utara yang merupakan negara komunis. Vietnam bernama resmi Republik Sosialis Vietnam adalah sebuah negara di Asia tenggara. Vietnam berbatasan dengan Cina di sebelah utara, laos di sebelah barat laut, Kamboja di sebelah barat daya dan di sebelah timur terbentang Laut cina selatan. Dengan populasi sekitar 84 juta jiwa, Vietnam adalah salah satu negara terpadat di Asia Tenggara.
- Vietnam dalam perjuangan kemerdekaannya pernah menjadi acuan, rujukan dan tolok banding bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Artinya dia dijadikan acuan kebanggaan. Perjuangan Vietnam memang hebat. Vietnam mengalami momen "merdeka" beberapa kali.
- Pernah merdeka dari pengaruh kekuasaan Cina yang berabad-abad, kemudian merdeka dari penjajahan Prancis, dan pendudukan tentara Jepang. Kemudian, merdeka dari pemerintahan boneka Jepang pada tanggal 2 September 1945. Saat itulah, Vietnam diproklamasikan oleh Ho Chi Minh. Tapi kemudian Prancis atas nama Sekutu datang kembali, yang akhirnya digempur oleh gerilya Vietnam sampai Prancis kalah di Benteng Dien Bien Phu tahun 1954. Kemudian Perang Dingin antara dua blok dunia membawa campur tangan militer Amerika, yang berekor dengan perang yang panjang dan gigih, sampai tahun 1975.
- Kemerdekaan menjadi bagian dari jati diri Vietnam, bagi Vietnam, kemerdekaan bangsa bukan sekadar bebas dari penguasa asing, tapi merupakan perjuangan kebebasan, perjuangan anti-fasis. Vietnam adalah sebuah bangsa yang kepala batu. Bagi Vietnam, sikap keras kepala adalah tuntutan sejarah untuk merebut kemerdekaan dan kebebasan. Ho Chi Minh, proklamator kemerdekaan itu, sebelum negerinya merdeka sudah menunjuk bahwa semua perjuangan itu tak ada artinya bila kemerdekaan itu tidak segera diisi dengan perjuangan melawan kemiskinan dan memperluas pendidikan. Ho Chi Minh memang pantas jadi Bapak Negara ini. Vietnam berjuang gigih untuk merdeka dengan janji untuk kemerdekaan dan kebebasan rakyatnya.
2. Latar Belakang. Perang ini secara umum terjadi karena besarnya semangat nasionalisme rakyat Vietnam yang menginginkan kemerdekaan dan dampak timbulnya perang dingin di Asia Tenggara. Penyebab khusus perang diawali adanya kampanye anti komunis yang dilakukan Ngo Dinh Diem di Vietnam Selatan, dengan cara melakukan penangkapan terhadap kader dan simpatisan komunis serta tidak melaksanakan pemilihan umum bagi unifikasi kedua Vietnam di tahun 1956 sesuai dengan Perjanjian Jenewa 1954, di samping itu terjadinya insiden Teluk Tonkin 1964 juga ikut menjadi faktor utama keterlibatan Amerika Serikat dalam perang itu. Dampak penting yang terjadi setelah Perang Vietnam yaitu pertama, dalam bidang politik, terbentuknya pemerintahan unifikasi (Republik Sosialis Vietnam), adanya pelarangan partai politik lain di luar komunis dan pendirian kamp reeducation bagi bekas pendukung pemerintah Vietnam Selatan. Selain itu dampak dalam bidang sosial, munculnya masalah manusia perahu yang melarikan diri dari Vietnam akibat tekanan politik dan kondisi ekonomi, dan timbulnya gangguan kesehatan bagi rakyat Vietnam.
3. Ulasan Perang Yang Terjadi. Perang Vietnam yang terjadi antara Vietnam Utara yang dibantu dengan persenjataan oleh Uni Soviet dan RRC melawan Vietnam Selatan yang dibantu dengan persenjataan dan pasukan yang cukup besar dari Amerika Serikat dan beberapa sekutunya. Amerika Serikat mengerahkan pasukan yang terlatih dengan baik dan dilengkapi persenjataan canggih sehingga udara dan laut dikuasai oleh Amerika Serikat. Pada pertempuran di darat pasukan Amerika yang didukung kekuatan udara dan senjata bantuan yang canggih telah dapat memenangkan beberapa pertempuran terbuka. Dengan mengerahkan serangan udara yang sistematis pasukan Amerika Serikat dan Vietnam Selatan berusaha menghancurkan pasukan Vietnam Utara dengan menimbulkan korban yang besar serta memotong jalur logistiknya dan serangan udara juga sering dilakukan ke pusat pemerintahan di Hanoi, namun hal ini tidak menurunkan semangat juang pasukan Vietnam. Berlarutnya perang Vietnam dan korban yang ditimbulkan sangat besar serta menyedot anggaran negara yang sangat besar telah menyebabkan munculnya penentangan yang sangat kuat dari rakyat Amerika dan mendesak agar perang Vietnam segera diakhiri, serta lemahnya motivasi dan semangat juang tentara Amerika yang berperang di Vietnam telah mempercepat proses kekalahan Amerika dalam perang Vietnam, sehingga pada tahun 1975 tentara Vietnam Utara berhasil merebut kota Saigon ibukota Vietnam Selatan dan mengakhiri perang Vietnam.
Pada ajang perang Vietnam, persenjataan telah makin berkembang termasuk penggunaan pesawat-pesawat tempur jet yang bahkan telah memasuki era jet supersonik. AS menggunakan F-105 dan F-4 Phantom untuk menghadapi pesawat Rusia yang terdiri dari MiG-17 dan MiG-21. Pada perang Vietnam inilah untuk pertama kali digunakan secara besar-besaran surface-to-air missile (SAM) sebagai salah satu komponen penting dalam sistim pertahanan udara. Teknologi elektronik juga menjadi sangat berpengaruh dalam perang ini dengan mulai banyak digunakannya bom laser-guided maupun yang optically-guided. Demikian pula penggunaan sistem deteksi rudal serta radar-jamming countermeasures. Juga roket baik yang air-to-air maupun yang air-to-ground. Penggunaan kapal induk sebagai pangkalan pesawat-pesawat tempur menjadi begitu berperan dibanding dengan apa yang dilakukan pada Perang Dunia Kedua. Disamping itu dalam Perang Vietnam inilah dikembangkan sistem pengisian bahan bakar pesawat di udara oleh pesawat terbang tanker sebagai upaya AS dalam meningkatkan radius of action serta kemampuan manuver pesawat-pesawat tempurnya dalam melawan pesawat-pesawat produk Rusia.
Dalam ajang Perang Vietnam terlihat AS agak kewalahan dalam menghadapi keampuhan pesawat-pesawat tempur buatan Rusia. Untuk air-to-air combat Vietnam menggunakan MIG-17 dan MiG-19, sementara AS mengandalkan F-4 Phantom-nya. Pesawat AS lainnya yang banyak terlibat dalam perang Vietnam antara lain F-100, OV-10 Bronco, C-123, C-130 dan C-7 Trash Haulers, selain itu digunakan pula F-105, F-111 dan B-52 sebagai pembom. Pada Perang Vietnam ini pulalah pesawat helikopter meningkat menjadi senjata tempur yang signifikan dengan pengembangan perannya dalam misi-misi observasi, combat tactical transport dan combat medical evacuation. Tercatat pula dalam perang Vietnam ini, pengembangan pesawat C-47 Dakota yang dipersenjatai senapan mesin kaliber 12,7 mm di ekornya, sangat banyak membantu gerakan pasukan darat di bawah, pesawat ini dikenal kemudian dengan C-47 gun-ship.
Pada perang ini Rusia menggelar 2.300 surface-to-air missiles, ribuan penangkis serangan udara berbagai kaliber serta tidak kurang dari 180 pesawat MiG.
Vietnam utara dan Vietnam Selatan yang sedang dilanda perang mempunyai personil pasukan dan kekuatan persenjataan yang berbeda-beda. secara resmi AS terlibat langsung dalam perang tersebut, khususnya dalam insiden Teluk Tonkin. Vietnam Utara dan Selatan yang dipisahkan oleh apa yang disebut Daerah Bebas Militer yang terletak pada garis 170 Lintang Utara sebagai hasil Persetujuan Jenewa mengenai Indo-Cina ditahun 1954, sekarang masing-masing berpenduduk sekitar 20 dan 18 djuta jiwa. Persetujuan Jenewa yang juga melahirkan negara-negara merdeka Kamboja dan Laos itu, tidak disertai oleh Amerika Serikat dan Vietnam Selatan. Vietnam Utara mendapat bantuan perlengkapan militernya bagian terbesar dari Uni Soviet yang hanya sebagian kecil saja yang diperolehnya dari RRC. Tapi sebaliknya RRC mengirimkan personil militer ke Vietnam Utara 10 kali lebih besar dari pada Uni Soviet. Diperkirakan personil militer RRC di Vietnam Utara sekitar 10.000 orang. Bagian terbesar dari jumlah itu adalah tenaga-tenaga zeni-tempur yang juga turut beroperasi dengan pasukan-pasukan Vietnam Utara sampai ke Laos. Secara resmi AS terlibat langsung dalam perang di Vietnam sejak tahun 1964, ketika Presiden Johnson berhasil mendapatkan mandat dari Congress untuk menggunakan kekuatan militer AS secara langsung di Vietnam jika dipandang perlu. Itu terjadi dipertengahan bulan Agustus 1964 ketika dua buah kapal Perusak AS masing-masing USS Maddox dan USS C. Turner Joy yang sedang berada di Teluk Tonkin mendapat serangan dari kapal torpedo Vietnam Utara. Sampai kini tidak terlalu jelas mengapa sampai terjadi penyerangan yang dikenal sebagai "Insiden Teluk Tonkin" itu. Tapi dalam dokumen rahasia Pentagon, insiden itu memang direncanakan oleh pemerintah Johnson agar Kongres AS memberikan mandat kepada Jhonson untuk menggunakan kekuatan militer di Vietnam. Tapi secara tidak resmi AS sesungguhnya telah lama melibatkan diri disana paling tidak sejak tahun 1961.
Dalam perang Vietnam tahun 1964, Pihak Vietnam Utara yang dibantu oleh Uni Soviet dan RRC menggunakan doktrin sistem pertahanan semesta yang lebih menitik beratkan pada jumlah atau kuantitas untuk menutupi kekurangan kualitas peralatan dan prajuritnya serta menempatkan dirinya sebagai pihak yang bertahan dan mencegat dengan “war attrition”, mencoba menghabiskan tenaga lawan. Sedangkan Pihak Koalisi menerapkan doktrin perang terbuka dengan menggunakan seluruh kekuatan baik darat, laut dan udara dengan menitik beratkan pada kualitas dan keunggulan teknologi dari AS dan sekutunya.
Secara moril tentara AS dan sekutunya merupakan tentara yang terlatih ditambah dengan alut sista yang modern untuk melaksanakan operasi militer dalam rangka menghancurkan kekuatan Vietnam Utara yang memiliki moril dan daya juang yang sangat tinggi. Namun walaupun demikian moril pasukan AS dengan masa tugas yang sangat lama, tidak cukup untuk membentuk seorang prajurit yang tangguh dan baik, apalagi banyaknya prajurit baru yang berdatangan silih berganti membuat teamwork hancur. Dan juga kebanyakan dari prajurit AS bertindak “playing safe” mereka menjadi prajurit yang tidak efisien sama sekali. Sedangkan di pihak Vietnam Utara mereka melihat perang ini adalah sebagai perang untuk rakyat, mereka rela berkorban segalanya untuk rakyat.
Ho Chi Minh merupakan seorang proklamator kemerdekaan Vietnam Utara, sebelum negerinya merdeka sudah menunjuk bahwa semua perjuangan itu tak ada artinya bila kemerdekaan itu tidak segera diisi dengan perjuangan melawan kemiskinan dan memperluas pendidikan. Ho Chi Minh sebagai tokoh pemimpin Vietnam Merdeka pada akhir 1945 pernah mengajak para pemimpin lainnya tidak terkecuali kepada pemimpin Indonesia (Ir. Sukarno) untuk mengkoordinasikan perjuangan mereka masing-masing dalam menghadapi "imperialisme dan kapitalisme Barat". Ideologi yang dianut Ho Chi Minh dan kawan-kawannya cenderung kekiri-kirian. Karena Asia Tenggara setelah negara-negara Barat berhasil mengalahkan Jepang di Asia termasuk zona pengaruh mereka, tidaklah realistik untuk secara provokatif berkonfrontasi dengan mereka dengan ideologi yang mereka tidak sukai. Perjuangan yang ditunjukkan Vietnam dalam menghadapi AS dan sekutunya sangat luar biasa sengitnya dengan pengorbanan melebihi daya mampu yang normal yang harus ditanggung Vietnam dengan kepemimpinan Ho Chi Minh sungguh mengesankan. Meskipun sebagai kompromi dalam Konperensi Internasional di Jenewa, Ho Chi Minh dan kawan-kawan terpaksa menerima "untuk sementara" Vietnam dipenggal dua.
Kepemimpinan Ho Chi Minh setelah mengadakan koreksi kedalam, mampu mengubah mentalitas perang ke mentalitas pembangunan. Hanoi dapat segera menyesuaikan diri setelah Uni Soviet ambruk dan Republik Rakyat Tiongkok menerapkan ekonomi pasar.
Pada perang ini pemerintah Vietnam Utara dan Vietcong kelompok bersenjata NLF (National Liberation Front) menerapkan strategi perang gerilya atau perang rakyat semesta di belakang garis pertahanan Amerika Serikat dan Vietnam Selatan. Suplai senjata gerilyawan Selatan sendiri didapat dari Vietnam Utara dan negara-negara komunis lainnya, melalui jalur Ho Chi Minh Trail yang melewati Laos dan Kamboja. Gerilyawan komunis Vietnam juga membangun terowongan-terowongan sebagai markas pergerakan dan tempat perlindungan. Pertempuran panjang yang menimbulkan banyak korban jiwa dan menghabiskan banyak dana ini memaksa Amerika Serikat untuk meninggalkan Vietnam, sebagaimana tercantum pada Perjanjian Paris 1973. Perang ini berakhir dengan jatuhnya Saigon pada tanggal 30 April 1975 ke tangan Vietnam Utara.
Pada akhir 1963, Amerika Serikat mengirimkan 16.300 orang tentara, serta bantuan senilai $ 500 juta. Namun demikian, tentara Amerika tidak masuk ke wilayah Vietnam Utara, mereka hanya memerangi tentara Vietnam utara yang masuk ke perbatasan. Pertengahan tahun 1964, sebanyak 56.000 orang tentara Vietnam utara menyerang perbatasan Vietnam selatan. termasuk menyerang kapal-kapal perang Amerika Serikat di teluk tonkin. Amerika menanggapi perang ini lebih serius lagi. Secara total, Amerika Serikat mengirimkan lebih dari 500.000 orang prajuritnya untuk membantu Vietnam Selatan. Sejumlah Negara kawan-kawan Amerika Serikat juga terlibat. Secara moral, Amerika dan Vietnam Selatan sudah kalah pada tahun 1968. Pada januari 1968 vietnam utara menyerang saigon dengan tet offensive nya. Penyerangan ini sangat mengguncang kepercayaan diri amerika karena ternyata musuh yang diremehkan itu bisa melakukan penyerangan yang sedemikian hebatnya. Tet offensive bisa disamakan dengan serangan Umum 1 Maret. Jadi bisa dilihat benang merah antara taktik yang dipakai Vietnam Utara dengan taktik Jenderal Soedirman.
Perang berakhir pada tahun 1975, saat tentara Vietnam Utara memasuki ibukota Vietnam Selatan, Saigon. Pukul 8.35 pagi, warga Amerika terakhir, beserta 10 orang marinir Amerika terakhir meninggalkan Kedutaan Amerika di Saigon. Pukul 11 siang, bendera Vietnam Utara dikibarkan di Istana Presiden Vietnam Selatan. Banyak para pejabat Vietnam Selatan yang tidak sempat melarikan diri di eksekusi di jalanan. Perang Vietnam sendiri sebenarnya bisa dibilang Unwanted War, Perang yang tidak diinginkan. Kongres yang merasa perlu membendung pengaruh komunis di Asia. Pihak militer sendiri sebenarnya enggan berperang di Vietnam. Berkaca pada hasil Perang Korea tentunya. Pihak AS dan sekutunya harus berperang di ”rumah” musuh dengan taktik yang belum pernah dicoba yaitu dengan menggunakan taktik gerilya yang dilancarkan oleh Vietnam.
Sedangkan Taktik Amerika yang ingin mengambil hati rakyat Vietnam makin lama makin tidak bisa dilakukan sehingga menjadikan tentara AS sangat brutal. Teknologi yang dipakai Amerika pada perang vietnam semakin maju dan mengarah ke mass destruction, taktik mereka adalah dengan menghancurkan moral dan ekonomi komunis yang mereka jatuhkan berbagai macam dari napalm, white phosphorus dan agent orange yang malah menghancurkan bukan komunis saja melainkan penduduk yg tidak berdosa. Desa-desa di bakar dan penduduk dipaksa meninggalkan rumahnya dengan tujuan mencegah mereka membantu komunis banyak penduduk yang ditangkap dan diinterogasi, disiksa bahkan sampai meninggal hanya untuk mendapatkan informasi keberadaan komunis. hal hal seperti ini tidak bisa mengambil hati rakyat vietnam malah membuat antipati sehingga mereka malah jadi berbalik lebih mendukung komunis. Sedangkan di pihak komunis, mereka sangat berupaya keras mengambil hati rakyat. Dan hasilnya adalah semakin banyak rakyat yang mendukung komunis dengan memberikan suplai makanan dan berbagai macam bantuan lain seperti informasi dan lain melalui Ho Chi Min Trail.
5. Kesimpulan.
- Keterlibatan AS dalam suatu peperangan di daratan Asia yang pada awalnya adalah perang kolonial menunjukkan bahwa bangsa pra modern seperti Vietnam mampu mengungguli sebuah kekuatan Barat modern seperti AS. Setelah AS terpaksa meninggalkan Vietnam Selatan dan negara ciptaannya itu ambruk, Ho Chi Minh memproklamasikan kemerdekaan Negara Vietnam.
- Pengalaman Perang Vietnam antara pasukan Vietnam Utara dan Vietnam Selatan yang dibantu pasukan Koalisi memberikan beberapa pelajaran yang penting bagi kita dalam rangka pembangunan angkatan perang pada masa yang akan datang.
- Kekalahan Pasukan Koalisi pada perang ini, disebabkan karena kesalahannya dalam menafsirkan kekuatan rakyat Vietnam yang dimana didalamnya mempunyai rasa nasionalisme. Jiwa nasionalisme yang kuat merupakan senjata utama untuk melawan kekuasaan asing. Lebih diutamakannya kepentingan nasional dibanding dengan kepentingan komunis itu sendiri, merupakan kunci penting kemenangan Vietnam Utara.
0 komentar:
Posting Komentar